Senin, 11 Februari 2013

Sistem kepercayaan masyarakat Bugis



Telah dibahas dalam artikel yang lalu bahwa suku Bugis adalah suku yang mendiami daerah Sulawesi Selatan. Namun karena akar suku Bugis adalah Melayu dan Minangkabau, maka kegiatan merantau tidak dapat dipisahkan dari suku ini. Maka tidak heran jika suku Bugis tersebar di berbagai wilayah di Nusantara ini. Menurut sensus penduduk pada tahun 2000, masyarakat Bugis jumlahnya mencapai enam juta jiwa. Suku Bugis yang ada di Indonesia mayorita mendiami Sulawesi Selatan, yang mencakup kabupaten Luwu, Bone, Wajo, Barru, Pinrang dan Sidrap.
kepercayaan masyarakat Bugis
Selain memiliki adat istiadat masa lalu yang erat kaitannya dengan animisme dan dinamisme atau penyembahan roh dan berhala, namun ada juga sistem kepercayaan masyarakat Bugis. Pada umumnya sistem kepercayaan suku Bugis terbagi menjadi dua, yakni sistem kepercayaan To Lotang dan Agama Islam. Kami akan membahas keduanya satu persatu.

Sistem Kepercayaan To Lotang

To Lotang dalam bahasa Bugis artinya “orang selatan”. Kepercayaan To Lotang adalah kepercayaan yang menyembah Dewata SawwaE sebagai Tuhan. Kepercayaan ini ada dikarenakan pendirinya mendapatkan ilham dari Sawerigading. Sawerigading inilah yang pertama kali memuja Dewata SawwaE. Sistem kepercayaan ini memiliki penganut kurang lebih 15 ribu jiwa. Persebaran masyarakat yang menganut sistem kepercayaan ini ada di wilayah Amparita, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Sindendreng Rappang.
Kepercayaan ini memiiki sebuah kita suci yang diberi nama La Galigo. Isi yang ada dalam kitab ini diamalkan secara turun temurun dan ditularkan secara lisan oleh uwak atau tokoh agama kepada para pengikutnya. Dalam sistem kepercayaan ini ada tujuh tokoh agama yang diketuai oleh soerang Uwak Battoa. Dari tujuh tokoh agama tersebut, enam tokoh diantaranya mengurusi permasalahan seperti masalah sosial, usaha tanam dan penyelenggaraan ritual kepercayaan. Pada zaman dulu, masyarakat ini sering mengungsi ke daerah lain di Sumatera Selatan, namun pada tahun 1609, masyarakat ini diberikan tempat oleh Rja Sindendreng di Amparita hingga saat ini.

Agama Islam dalam masyarakat Bugis

Agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat Bugis sejak abad ke-17 adalah Islam. Adalah masyarakat Minangkabau yang membawa Islam ke tanah Bugis, utamanya pada da’i dari daerah Sumatera Barat. Pesyiar atau para da’i membagi wilayah penyebaran Islam dalam tiga wilayah yang berbeda. Ada Abdul Makmur yang ditugaskan untuk menyiarkan Agama Islam di tanah Gowa dan Tallo. Suleiman diperintah untuk mengajarkan Islam di daerah Luwu, sedangkan untuk daerah Bulukumba, Nurdin Ariyani terpilih untuk bersyiar disana.
Pada masa itu suku Bugis memiliki banyak kerajaan, diantaranya Wajo, Soppeng, Makassar dan Bone. Hal ini mengakibatkan seringnya terjadi konflik di masa lalu yang umumnya dipicu oleh perebutan daerah kekuasaan dan sumber daya alam. Pada masa itu Islam datang yang memicu kebesaran kerajaan Gowa dan Tallo untuk menyingkirkan konflik yang ada. Kerajaan inilah yang menghasilkan pahlawan terkenal, Sultan Hasanudin.
Demikian sedikit ulasan mengenai sistem kepercayaan masyarakat Bugis. Semoga bermanfaat