Telah dibahas dalam artikel yang lalu bahwa suku Bugis
adalah suku yang mendiami daerah Sulawesi Selatan. Namun karena akar
suku Bugis adalah Melayu dan Minangkabau, maka kegiatan merantau tidak
dapat dipisahkan dari suku ini. Maka tidak heran jika suku Bugis
tersebar di berbagai wilayah di Nusantara ini. Menurut sensus penduduk
pada tahun 2000, masyarakat Bugis jumlahnya mencapai enam juta jiwa.
Suku Bugis yang ada di Indonesia mayorita mendiami Sulawesi Selatan,
yang mencakup kabupaten Luwu, Bone, Wajo, Barru, Pinrang dan Sidrap.
Selain
memiliki adat istiadat masa lalu yang erat kaitannya dengan animisme
dan dinamisme atau penyembahan roh dan berhala, namun ada juga sistem
kepercayaan masyarakat Bugis. Pada umumnya sistem kepercayaan suku Bugis
terbagi menjadi dua, yakni sistem kepercayaan To Lotang dan Agama
Islam. Kami akan membahas keduanya satu persatu.
Sistem Kepercayaan To Lotang
To
Lotang dalam bahasa Bugis artinya “orang selatan”. Kepercayaan To
Lotang adalah kepercayaan yang menyembah Dewata SawwaE sebagai Tuhan.
Kepercayaan ini ada dikarenakan pendirinya mendapatkan ilham dari
Sawerigading. Sawerigading inilah yang pertama kali memuja Dewata
SawwaE. Sistem kepercayaan ini memiliki penganut kurang lebih 15 ribu
jiwa. Persebaran masyarakat yang menganut sistem kepercayaan ini ada di
wilayah Amparita, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Sindendreng Rappang.
Kepercayaan
ini memiiki sebuah kita suci yang diberi nama La Galigo. Isi yang ada
dalam kitab ini diamalkan secara turun temurun dan ditularkan secara
lisan oleh uwak atau tokoh agama kepada para pengikutnya. Dalam sistem
kepercayaan ini ada tujuh tokoh agama yang diketuai oleh soerang Uwak
Battoa. Dari tujuh tokoh agama tersebut, enam tokoh diantaranya
mengurusi permasalahan seperti masalah sosial, usaha tanam dan
penyelenggaraan ritual kepercayaan. Pada zaman dulu, masyarakat ini
sering mengungsi ke daerah lain di Sumatera Selatan, namun pada tahun
1609, masyarakat ini diberikan tempat oleh Rja Sindendreng di Amparita
hingga saat ini.
Agama Islam dalam masyarakat Bugis
Agama
yang dianut oleh mayoritas masyarakat Bugis sejak abad ke-17 adalah
Islam. Adalah masyarakat Minangkabau yang membawa Islam ke tanah Bugis,
utamanya pada da’i dari daerah Sumatera Barat. Pesyiar atau para da’i
membagi wilayah penyebaran Islam dalam tiga wilayah yang berbeda. Ada
Abdul Makmur yang ditugaskan untuk menyiarkan Agama Islam di tanah Gowa
dan Tallo. Suleiman diperintah untuk mengajarkan Islam di daerah Luwu,
sedangkan untuk daerah Bulukumba, Nurdin Ariyani terpilih untuk bersyiar
disana.
Pada masa itu suku Bugis
memiliki banyak kerajaan, diantaranya Wajo, Soppeng, Makassar dan Bone.
Hal ini mengakibatkan seringnya terjadi konflik di masa lalu yang
umumnya dipicu oleh perebutan daerah kekuasaan dan sumber daya alam.
Pada masa itu Islam datang yang memicu kebesaran kerajaan Gowa dan Tallo
untuk menyingkirkan konflik yang ada. Kerajaan inilah yang menghasilkan
pahlawan terkenal, Sultan Hasanudin.
Demikian sedikit ulasan mengenai sistem kepercayaan masyarakat Bugis. Semoga bermanfaat